Wednesday, May 14

Obrolan

Terkadang suka kagum dengan orang-orang yang terisolasi secara sosial lebih lama dari yang saat ini saya alamin (karena faktor workaholic dan memang belum beruntung menemukan jodohnya). Umur saya sekarang 26 tahun saat ini umumnya mengenai jenis pekerjaan, berapa gaji dan fasilitas dari kantor yang diterima merupakan subyek pembicaraan yang pasti bisa diobrolin. Hal-hal material lainnya yang kurang filosofis dan analitis, yang selalu saya anggap kurang berbobot untuk dibicarakan bahkan untuk dipamerkan. Subyek yang menarik perhatian saya saat ini adalah lari pagi untuk kesehatan, bukan karena lagi trend sekarang ini, tapi dulu waktu kuliah saya juga sudah sering lari pagi sendirian diwaktu senggang. 

Banyak yang ngasih saran ke saya cara terbaik untuk bisa lebih mudah terbuka dengan orang lain adalah dengan cara "bunuh diri" di situasi sosial. Maksudnya meskipun kamu tidak dapat apa yang bisa kamu bilang apresiasi dari bersosialisasi, paling tidak kamu bisa menilai apakah kamu sudah lebih baik, dan ketika mencoba lagi akan ingat salahnya dimana yang kemaren itu. Saya rasa ini nantinya cukup berguna untuk mengurangi rasa panik dan gugup ketika bertemu dengan orang lain yang kita suka. 

Coba bacalah artikel ini, menjelaskan secara umum tentang dibalik obrolan bisa "nyambung". Ya mungkin setelah baca juga enggak akan langsung jadi pembicara yang kritis dan seru seperti Najwa Shihab. 

http://sifter.org/~simon/journal/20020330.h.html 

Artikel ini sangat simpel tapi juga cukup banyak menjelaskan. Ini paragraf favorit saya dari artikel diatas, pertama kali baca serasa inspirasi baru: "And so I have watched and listened carefully to one conversation after another, taking note not just of what people say, but what they walk away with. And from all this, I can only draw one conclusion, which I loath to believe but the evidence keeps supporting it: Most people, most of the time, effectively talk about *nothing*--because conversation for them is not about what it said, but about how it makes them feel. And how it makes them feel dates back to those childhood clans; how it makes them feel is, quite simply, that they are accepted." 

Saya tidak suka 90% orang yang saya temuin, banyakan orang baru kenal itu biasa-biasa saja dan membuat saya cukup tidak menjelekkan mereka dipikiran saya. Itulah yang membuat saya tidak mudah membuat teman baru. Lama-lama ucapan perhatian orang lain menggangu saya, karena saya tau mereka hanya bermain-main saja, bukan karena perduli dengan situasi yang saya alami. Hanya ada dua, orang lain kalau tidak menyebalkan bagi saya ya membosankan. Saya terus mencoba mencari cara untuk menciptakan obrolan, tapi rasanya susah untuk bisa "nyambung". 

Mungkin ini kenapa awalnya saya lebih nyaman dengan rasa depresi, menjadi menutup diri. Hal-hal yang orang biasanya omongin membosankan saya. Topik apa aja yang saya coba lempar ke mereka masih mending kalau diacuhkan aja, tapi entah jadi bulan-bulanan buat saya kalau saya tidak ada disekitar mereka. Kenapa juga repot-repot "memperbaiki" cara bersosialisasi hanya untuk menjadi dan agar merasa diterima. 

Saya tidak banyak "bergaul" dengan orang-orang disekitar saya. Belakangan saya malah tidak bergaul dengan siapa-siapa. Mereka cuman orang-orang yang kebetulan punya tempat kerja yang sama dan pergi ke sekolah yang sama. Saya enggak pernah bisa menghindarin. Setiap waktu saya pikir saya ketemu sama orang-orang yang bisa diajak berteman, mereka lama-lama melakukan hal yang menyebalkan seperti mulai ngomongin, ikut campur urusan pribadi saya tanpa banyak tahu dan mengkaitkan dengan masalah seks. Bisa aja mulai berhenti berada disekitar orang-orang yang cuman bikin jengkel itu. Saya enggak tau apa ini berlebihan, tapi saya percaya pasti banyak orang yang jalan pikirannya enggak sempit. Kayak orang-orang punya pilihan lain aja. Cuman belum nemu aja. Kebiasaan ini yang membuat saya kadang merasa kesepian. Pikiran saya membuat merendahkan orang ketika ada yang ngajak saya ngobrol (saya menganggap dia itu biasa, membosankan dan bodoh). Dari mana sih datengnya orang-orang model begini? Saya tidak suka dikenalin sama orang baru yang belum pernah ketemu sama sekali, lebih gampang kalau merasa gitu sih. Karenan nantinya saya lebih merasa terkejut kalau ternyata akrab dan tidak kecewa kalau dia sama-sama cuek.

No comments:

Post a Comment